Kamis, 30 April 2015

5 cm vs Jivans; A Story about relationship

poster film 5 cm

Saya baru aja selesai nonton film 5 cm. Agak telat sih. Karena film ini udh diputar di awal tahun ini kalo gak salah. Saya emang termasuk tipe manusia jadul, yang agak selalu ketinggalan alias ga updet hal2baru terutama tentang musik dan film. Oh ya, tentu saja saya tidak menontonnya di bioskop. Tidak juga di kaset vcd atau dvd bajakan pastinya , trus liat dimana dong?

Hahahaha buat yang sering melakukan hal yang sama, pasti bisa menebak. Yup, saya menonton dari file film yang saya copy dari temen adik saya. Dia mendapatkannya dengan cara mengunduh alias download dari internet. Jadi tidak jelas sebenarnya, mana yang lebih baik atau lebih ironi, membeli dan menonton vcd/dvd bajakan, atau download dari sumber gratisan, minta pula ;p, bener2ga pake usaha ya? hahahaha

Btw, saya gak akan bahas secara detail filmnya, karena saya yakin, seperti yang sudah saya bilang diatas, pasti sudah banyak yang menontonnya. Saya hanya akan membahas secara ringkas sinopsis ceritanya, buat yang belum nonton, buat para manusia jadul yang setipe dengan saya

Tersebutlah ada 5 orang manusia yang tergabung dalam 1 genk. Empat cowok dan satu cewek. Nama mereka adalah Genta (diperankan oleh Fedi Nuril), Zafran (Herjunot Ali), Ian (SAYKOJI), dan Arial (Deny Sumargo) serta Riani (Raline Shah). Mereka ber5, secara rutin dan berkala, selalu ketemuan setiap weekend. Nongkrong bareng. Seringnya di rumah si Arial karena Zafran naksir sama adik Arial yang bernama Arinda (Pevita Pearce).

Pada salah satu kesempatan itu, pada akhirnya mereka merasa jenuh dan bosan dengan pertemanan mereka, dan memutuskan untuk berhenti bertemu terlebih dahulu sekitar 3 bulan. Si Genta (yang berprofesi sebagai event organizer) berjanji, pada akhir bulan ke 3 mereka tidak bertemu, dia menjanjikan sebuah pertemuan yang tidak biasa. Dia merencanakan sebuah perjalanan yang tidak bisa ditebak oleh seorang pun dari mereka.

Maka dimulailah hari tanpa pertemuan. Mereka mencoba membuat aktivitas yang berbeda seperti yang biasanya mereka lakukan. Ian yang tak kunjung lulus kuliah, mencoba merampungkan skripsinya selama 3 bulan itu. Genta, yang berada dalam satu manajemen EO dengan Riani, melakukan aktivitas pekerjaan tanpa keikutsertaan Riani dalam timnya untuk sementara. Arial mencoba pedekate dengan seorang wanita, meski itu merupakan pekerjaan tersulit baginya. Zafran mencoba semakin intens mendekati adik Arial. Sementara Riani pun berkutat dengan kegalauan karena dia sesungguhnya mencintai salah satu dari sahabat dekatnya itu.

Mereka sesungguhnya saling merindu satu sama lain. Sehingga tepat 1 minggu sebelum tanggal yang disepakati untuk pertemuan, yaitu tanggal 7 Agustus, ketika Genta mengabari mereka melalui pesan teks (ga tw BBM/SMS/WA/Line, cos hape mereka beda2. Ada yang pake BB, tapi ada yang pake I-phone juga. tapi kayanya ga ada yang pake hape cina hehehe, tambahan informasi yang gak penting ;p), agar mereka melakukan persiapan dan membawa barang yang harus ada dalam list mereka, mereka sangat excited sekali sekaligus penasaran, kemana sesungguhnya mereka akan pergi.

Tanggal 14 Agustus mereka bertemu di Stasiun Gambir. Tempat yang telah mereka sepakati bersama. Bahkan saat naik kereta ekonomi yang menuju ke Malang, mereka masih belum mendapat jawab dari Genta, kemana ia akan membawa mereka. Sesampainya di Malang mereka dijemput oleh sebuah pickup kecil. Dan baru setelah melalui separuh perjalanan menuju lokasi yang hendak mereka tuju, Genta mengatakan kemana mereka akan pergi. Dia menginformasikan dengan telunjuk tangannya. Di Depannya terhampar luas pemandangan Gunung Semeru. Gunung tertinggi di Jawa.

Lalu bagaimana akhirnya?apakah mereka sampai di puncak atau tidak? apakah semua selamat atau ada yang meninggal? Layaknya sebuah thriller film, karena fokus tulisan saya bukan pada filmnya, dan saya pun ingin menggugah rasa keingin tahuan dari pembaca sekalian yang belum menonton film ini, maka saya memang dengan sengaja tidak memberikan jawab dari pertanyaan diatas;)

Ada banyak aspek yang ingin saya bahas dan ceritakan disini. Yang pertama tentu mengenai kualitas filmnya. Dan karena ini film besutan sutradara Rizal Mantovani, maka saya rasa sudah tidak perlu lagi diragukan hasil karyanya. Saya salut dengan detil tanggal yang ia perhatikan betul. Tanggal/waktu pada cerita seringkali diabaikan seperti di film2kelas dua (gak begitu bagus maksudnya), sehingga menyebabkan kisah menjadi bias. Namun tidak demikian halnya dengan Rizal. Dia menginformasikankan secara berkala informasi mengenai waktu dalam cerita secara mendetail. Bahkan dia sengaja mengambil satu shoot dimana Zafran melihat jam tangan digitalnya yang menunjukkan hari, tanggal dan jam peristiwa berlangsung.

Para pemain film 5 cm

Rizal memang sutradara yang terkenal memperhatikan detil. Sehingga cerita yang berjalan begitu lancar tanpa ada tanda tanya yang ditinggalkan untuk penontonnya. Bahkan untuk kisah cinta yang ia ramu didalamnya juga benar2tidak tertebak. Dan saya sangat menghargai itu. Diantara banyaknya film2Indonesia yang sangat mudah ditebak endingnya, Rizal melawan arus dengan memberikan kejutan di akhir cerita. Apa itu?tonton sendiri dong ;p

Apakah sampai disitu kisah yang saya ingin bahas?oh tidak. Itu baru awalnya. Pembukanya. Karena kisah yang akan saya tulis adalah kisah yang baru akan saya mulai ini.
Melihat film ini saya rasanya seperti melihat kisah hidup saya sendiri. Flashback kebelakang. Jika menurut orang yang pernah hadir istimewa di hati saya, film ini membuatnya ingin kembali ke Semeru. Oh dia memang pecinta alam sejati. Hobinya memang naik gunung yang sayangnya, pada masa kami masih bersama, saya tidak pernah bisa mengikutinya naik gunung. Bukan apa2, saya merasa gamang aja dengan berat saya sekian (tttiiiiitttt sensor), apakah saya bisa mencapai gunung tanpa harus menyusahkannya.

Eits kok jadi bahas mantan saya, katanya sudah move on hihihi, ya sudahlah, kita skip cerita tentang dia. Nah, seperti saya bilang diatas, saya seperti melihat kilas balik kehidupan saya. Jangan salah, semasa SMA dulu, saya juga punya genk lho. Berlima juga. Bedanya, kami 3 cewek dan 2 cowok. Mereka adalah Angga WirayudhaIkrar Prasetio WongsokertoNovi Indria, saya dan Yuana. Nama genk kami adalah JIVAN’S, kependekan dari singkatan nama kami, jo (panggilan kami untuk yuana), ikrar, vika, nopi dan anggi (panggilan untuk angga).

Cikal Bakal Jivans Club

Kalo mereka sudah 10 tahun bersama, maka kami tercatat telah 17 tahun bersama jika dihitung dari pertama kali kami saling mengenal di kelas 1. Jika mereka setiap weekend bertemu, maka kami bahkan lebih ekstrim dari itu. Pada awal kami terbentuk, kami bahkan bisa bertemu setiap hari tanpa merasa bosan. Yang saya maksud bukan pada saat jam pelajaran sekolah ya, tapi jam sesudah pulang sekolah. Kami biasa nongkrong bareng di sekolah sampai sore dan dilanjutkan dengan nonton film di Tunjungan Plaza, Mall yang saat itu satu2nya yang terbesar dan terlengkap di Surabaya.

Sesudah beberapa tahun kami bersama, intensitas pertemuan kami masih tinggi meski tidak sesering pada saat sekolah. Biasanya kami akan bertemu untuk merayakan hari ulang tahun masing2yang jatuh berurutan yang dimulai pada bulan September, Oktober, November dan Desember.

Pada perkembangannya kemudian, anggota kami banyak bertambah, seperti MLM kami pun mempunyai sistem seperti Member Get Member. Masing2anggota diperbolehkan untuk mengajak masuk orang luar dan menjadikan mereka sebagai anggota. Ada beberapa darah kotor (sebutan kami untuk mereka karena jiwa mereka yang tidak murni, korban film Harry Potter hihihi) yang sempat bergabung dengan kita. Ada yang bertahan dengan lama, namun ada yang hanya sambil lalu.

Tercatat ada nama2seperti Sinta Diyan CahyaniAlfia Mamane DillahRamadhan Adalah Saputra, wendi oktora, budi laksono, Sigit GuspriyadiWahyut Idris Idris, yusak lie dan andono. Bahkan pernah pada satu masa, jumlah genk kami meningkat 2x lipat hingga berjumlah 10 orang.

Jivans Club sebelum tercerai berai

Dalam perjalanannya kemudian, memang tidak mudah me-maintenance 10 hati untuk dijadikan seiya sekata. Ada sebuah peristiwa besar yang memporakporandakan kami. Dan kalian tahu itu apa?perjalanan kami ke Bromo. Lho kok bisa? Yup, jika di cerita perjalanan mereka mendaki semeru justru semakin merekatkan hubungan satu sama lain, berbeda halnya dengan perjalanan kami ke Bromo. Pasca dari bromo kami malah tercerai berai.

Saya menyalahkan EGO atas kegagalan kami. Ya, EGO. Saya menyalahkan diri saya sendiri karena tidak mampu meredam ego (salah satunya karena berat badan saya, maka saya dioper2kan dari satu motor ke motor yang lain, yang akhirnya hal itu membuat saya uring2an sepanjang perjalanan), Ikrar juga EGO nya sangat tinggi (dia begitu marah karena liburan kali ini dia begitu menderita, tidak sesuai harapan dan mimpi2nya tentang sebuah liburan), yang lain juga saya rasa sama.

Jika kami diibaratkan sebagai grup band di Indonesia, maka kami awalnya menjadi seperti JKT 48 (karena anggotanya banyak), berubah menjadi SMASH (karena anggotanya berkurang menjadi 7 org), menyusut menjadi cherrybelle (5 org), bahkan kini menjadi 3 diva (karena tinggal kami bertiga, saya, jo dan ikrar). Saya yakin kedepannya kami akan menjadi DUO MAIA (tinggal ber2) dan terakhir menjadi ROSSA (single fighter) hahahaha.

Namun sesungguhnya bukan hanya Bromo yang membuat kami tercerai berai. Pernikahan merupakan siklus hidup yang turut melibas hubungan pertemanan kami, Kesibukan dengan keluarga dan pekerjaan pun turut menjadi alasan mengapa kami sekarang jarang bersama. Hanya karena kami bertiga masih single (dan menyebut diri kami adalah parasit lajang -adaptasi novel ayu utami), maka 3 orang yang tersisa ini masih bersama. Saya, Jo dan Ikrar.

Tinggal kami bertiga

Pasca menonton film ini, saya jadi menyadari kesalahan saya yang utama (saya merasa seperti genta, sebagai inisiator karena saya kebetulan juga bergerak di bidang WO dan EO;p), jangan2, karena saya hanya mengajak mereka sampai di Bromo saja dan tidak sampai puncak semeru, makanya kami tercerai berai sampai sekarang?;p

Oh ya, satu lagi tambahannya, Soal urusan asmara, jangan salah, kami juga mengalami cinta yang membelit satu sama lain. Yang semuanya tidak berhasil dengan manis dan indah seperti dalam film itu. Tapi bukankah hidup itu memang tak seindah dalam sebuah film?

C’est La Vie (Inilah hidup sayang)

Write with love
Miss Vee

Inspired you? Please Like, Share And Comment for other people that you loved ;) 

PS : kalian dapat menikmati blog saya yang lainnya dengan mengunjungi laman di bawah ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar